Monday, 16 July 2012

Kisah Veteran Menyambung Hidup Jadi Tukang Kayu


Kisah Veteran Menyambung Hidup Jadi Tukang Kayu

Jack Herman Kandow., Veteran pejuang RI
Foto: TRIBUNMANADO/FRANSISKA NOEL
Laporan Wartawan Tribun Manado, Fransiska Noel
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Pernah menjadi orang penting dalam sejarah perjuangan melawan penjajahan Jepang dan Belanda ternyata tidak menjamin dirinya menikmati hari indah di masa tua Minimnya tunjangan dan tiadanya pensiun membuat dirinya harus memikirkan solusi untuk membiayai kehidupan diri dan keluarganya.
Tanpa dirinya tentu akan sulit bagi pejuang kemerdekaan asal Minahasa mengetahui strategi perang penjajah Jepang dan Belanda.
Mungkin dirinya tidak sampai mengangkat senjata untuk memukul mundur musuh, tetapi perannya sebagai pembawa surat rahasia telah menempatkan dirinya di posisi penting bagi pertahanan para pejuang kemerdekaan. Tak sedikit ancaman bahaya menghantui dirinya saat menjalankan tugas.
Dialah Opa Jack Herman Kandow. Veteran pejuang kemerdekaan berusia 78 tahun asal Ratahan ini tidak pernah patah semangat meskipun usianya makin senja.
Sebelum menjadi seorang veteran pejuang kemerdekaan, Opa Jack pernah bekerja sebagai pegawai di Dinas Perairan dan Irigasi Kabupaten Minahasa sekitar tahun 1954. Akan tetapi nasib sejarah berkata lain.
Masa kejayaan partai komunis di masa itu memaksa dirinya harus memilih antara ikut sebagai anggota partai komunis atau harus rela kehilangan pekerjaan. "Oleh pimpinan saya diharuskan memilih, jika mau mendukung partai komunis maka saya naik jabatan tetapi jika tidak maka saya harus melepas pekerjaan saya," kenangnya.
Opa Jack pada akahirnya menolak tawaran pimpinannya dan harus menerima konsekwensi kehilangan pekerjaan.
Diakui Opa Jack, kehilangan pekerjaan bukanlah hal yang mudah. Dirinya harus berjuang mencari pekerjaan lain untuk menopang kehidupan dirianya dan keluarga.
Akhirnya sekitar tahun 80-an Opa Jack memutuskan merantau ke Ternate. Dirinya baru balik ke Manado setelah kerusuhan pecah di sana tahun 2000.
Di tahun yang sama Opa Jack mendapat surat panggilan dari markas daerah legiun veteran Sulut. Dalam isi suratnya Opa Jack diberi tahu kalau dirinya sudah diterima sebagai veteran pejuang kemerdekaan di markas daerah legiun veteran Sulut sebagai penghargaan atas jasanya dalam masa perjuangan kemerdekaan.
Akan tetapi diterima sebagai veteran pejuang kemerdekaan tidak serta merta membuat kesejahteraan hidup Opa Jack menjadi lebih baik. Dirinya harus rela tidak mendapatkan gaji dan tunjangan sampai tahun 2007. Opa Jack hanya sedikit beruntung karena diizinkan menempati tanah yang ada di samping markas legiun veteran Sulut, itu pun rumahnya harus dibangun seadanya oleh opa Jack.
Opa Jack hanya mendapatkan sedikit uang ketika menjadi ajudan ketua markas daerah legiun Veteran Ricko Anis. "Waktu itu saya masih sempat dapat uang bulanan Rp 400 ribu rupiah," ungkapnya.
Selepas masa jabatan Ricko Anis, nasib Opa Jack kembali miris. Untunglah dirinya memiliki keahlian membuat aneka furniture kayu seperti meja, kursi dan lemari.
Semua pekerjaan sampingan ini akhirnya harus dijalani Opa Jack demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga.
Barulah kemudian di tahun 2010 Opa Jack kemudian ditunjuk menjadi pembantu sekretaris panitia pembebasan aset-aset veteran Sulut.
Kondisi koperasi markas veteran yang kosong pada akhirnya berimabas ke tunjangan gaji bulanan Opa Jack. Setiap bulannya Opa Jack hanya menerima gaji sebesar Rp 200 ribu saja. Untunglah gereja tempat dirinya bergabung sebagai jemaat peduli dengan kondisinya yang kemudian memberikan tunjangan beras, gula dan susu setiap bulan. "Syukurlah bantuan ini sangat membantu," tuturnya.
Meskipun dalam kondisi hidup pas-pasan jelas sekali tergambar di wajahnya yang makin keriput ucapan syukur yang luar biasa karena masih bisa hidup meskipun dalam kondisi keterbatasan. Tidak sedikitpun tersirat pengeluhan dari mulutnya. "Puji Tuhan saya sekeluarga masih bisa menikmati berkat-berkat Tuhan sampai saat ini," ujarnya sambil tersenyum.
Bagi Opa Jack, menjadi seorang veteran pejuang kemerdekaan bukan berarti hanya bersantai-santai sambil menunggu tunjangan gaji turun. "Umur boleh tua, fisik boleh menurun tetapi semangat berjuang tidak boleh luntur." Ungkapnya penuh semangat.
Itulah mengapa di usianya yang makin senja, Opa Jack tetap berusaha menjadi pribadi yang bergantung pada negara dan nasib. Tetap menjalankan pekerjaan sampingan sebagai tukang kayu harus terus digeluti pria renta ini untuk tetap bisa menafkahi istri dan satu orang cucunya yang juga tinggal bersama dirinya.
"Syukurlah sampai sekarang masih ada juga orang yang minta dibuatkan meja dan kursi meskipun tidak selalu ada pesanan," ungkapnya.
Di hari kemerdekaan ke-66 RI tahun ini sepenggal harapan terungkap dari mulutnya bagi negara yang sudah dibela mati-matian dalam perjuangan panjang waktu silam. "Semoga nasib para veteran makin diperhatikan," ujar Opa Jack singkat.

No comments:

Post a Comment

silahkan berkomentar :)

Apa yang anda cari ??

Loading

My Best Friend